
Halooo teman teman semuanya
Di sini saya akan menganalisis film berjudul “the boy in the striped pyjamas”dengan mengunakan teori interaksi sosial, oke sebelum saya melanjutkan ini saya akan menjelaskn terlebih dahulu apasih itu interaksi sosial?
Interaksi sosial:
Dalam sosiologi, interaksi sosial didefinisikan sebagai suatu aktivitas pertukaran sosial antara dua atau lebih individu. Interaksi sosial dapat dilihat dari berbagai jenis ukuran kelompok seperti, dua, tiga individu, atau kumpulan yang lebih besar lagi, demikian dikutip dari LibreTexts, platform non-profit yang menyediakan sumber-sumber teks untuk studi ilmiah.
Baca selengkapnya di artikel “Jenis-jenis Interaksi Sosial & Teorinya Menurut para Ahli Sosiologi”, https://tirto.id/f8SZ.
Ayoo kita lanjutt 👉
THE BOY IN THE STRIPPED PAJAMAS
Sutradara : Mark Herman
Tanggal Rilis : 30 oktober 2008
Pemain :
- Ibunda Bruno diperankan oleh Vera Famiga
- Ralf Hitler diperankan oleh David Thewlis
- Tentara anak buah Hitler diperankan oleh Rupert Friend
- Bruno diperankan oleh Asa Butterfield
- Shmuel diperankan oleh Jack Scanlon
Diadaptasi dari novel “ The Boys In the Striped Pajamas “ yang ditulis oleh John Boyne - (Sebelum membuat kesimpulan ayo kita simak film tersebut terlebih dahulu)
I. RESUME FILM
Film The Boy in The Stripped Pajamas ini menceritakan tentang kisah anak seorang nazi dari German yaitu Hitler. Pada sekitar tahun perang dunia ke-2 hidupnya sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan di London, England. Ayahnya ini bernama Ralf Hitler dan anaknya bernama Bruno. Dalam cerita ini diceritakan bahwa keluarga Hitler akan pindah ke Berlin, German dengan alasan ayah Bruno yaitu Ralf yang merupakan seorang pemimpin tentara German harus bertugas di Berlin sehingga seluruh keluarganya harus meninggalkan London dan ikut kembali pindah ke Berlin. Sesampainya Bruno dan keluarganya di Berlin, German mereka tinggal disuatu rumah dimana berlokasi sangat terpencil dan jauh dari jangkauan publik. Bruno yang dulu tinggal di kawasan yang banyak tetangga dan memiliki banyak teman bermain merasakan kesepian tinggal dirumah yang baru, di sisi lain kakak perempuannya sibuk bermain dengan dirinya sendiri. Ayah Bruno, Hitler, sibuk
dengan kerjaannya selalu menghabiskan waktunya didalam ruangan rapat dengan tentara-tentara anak buahnya. Sedangkan ibunya sibuk untuk membuat rumah yang baru lebih terasa seperti rumah degan membeli peralatan-peralatan rumah di kota. Bruno terlahir dengan karakteristik yang suka berpetualang dan memiliki keingintahuan yang sangat tinggi. Sesaat Bruno dan keluarga berpindah rumah, sore itu sewaktu pembantu rumah tangga keluarga Hitler sedang merapikan pakaian Bruno dengan Bruno di kamarnya, Bruno melihat dari jendela kamarnya bahwa dibelakang rumahnya terdapat rumah-rumah kecil yang terlihat lusuh dan pada saat itu Bruno menganggap bahwa itu adalah rumah warga sekitar atau rumah para petani karena rumah mereka terlihat sangat lusuh dan kotor. Pada suatu hari saat Bruno sedang bermain sendiri di rumah barunya di Berlin, German dia berlari- lari disekitaran depan rumahnya, lalu dia melihat bahwa pintu menuju halaman belakang terbuka tetapi mamanya melihatnya sehingga pada hari itu Bruno mengurungkan niatnya untuk menjelajah kebelakang. Berhari-hari berlalu smapilah disaat dimana Bruno diam diam mengendap-endap pergi kebelakang, untuk bermain ketempat dimana para “petani” tinggal dan sesampainya disanalah dia bertemu dengan shmuel seorang anak yahudi berumur 8 tahun tepat seumur dengan Bruno yang menjadi salah satu tawanan Hitler. Dimulai dari pertemuan dengan penghalang yaitu pagar besi itulah Shmuel dan Bruno menjadi teman. Bruno membawakan makanan untuk shmuel dan mereka bermain setiap harinya setelah shmuel selesai bekerja mengambilkan bebatuan. Sampai pada disaat Bruno penasaran untuk mencoba bagaimana keadaan didalam pagar besi itu. Akhirnya Bruno dan shmuel masuk ke Death Camp untuk melakukan “misi rahasia” mereka untuk mencari dan menemukan ayah Shmuel dan mereka masuk kedalam camp yang mana adalah camp urutan selanjutnya untuk masuk ke eksekusi pembasmian semua yahudi yang merupakan pekerjaan Ayah Bruno yaitu Hitler. Akhirnya, Shmuel dan Bruno mati terbakar didalam ruangan bersama yahudi-yahudi yang lain. Keluarga Bruno mengetahui peristiwa tersebut ketika proses holocaust ini selesai.

“The Boy in the Striped Pajamas” adalah film yang dapat dianalisis dengan menggunakan teori interaksi sosial. Teori ini membantu kita memahami bagaimana individu berinteraksi satu sama lain dalam konteks sosial. Berikut adalah beberapa elemen dalam film ini yang dapat dianalisis dengan menggunakan teori interaksi sosial:
*Persahabatan antara Bruno dan Shmuel: Film ini menggambarkan persahabatan antara dua anak laki-laki dari latar belakang yang sangat berbeda. Ini mengilustrasikan bagaimana individu dari berbagai latar belakang sosial dapat saling berinteraksi dan membentuk ikatan persahabatan.
*Perbedaan status sosial: Bruno adalah anak komandan kamp konsentrasi, sementara Shmuel adalah seorang tahanan Yahudi di kamp tersebut. Film ini memperlihatkan bagaimana perbedaan status sosial dapat memengaruhi cara individu berinteraksi satu sama lain.
*Ketidaktahuan Bruno tentang kenyataan: Bruno awalnya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di kamp konsentrasi. Ini menciptakan situasi di mana interaksi sosialnya dengan Shmuel didasari oleh ketidaktahuan dan ketidakpahaman.
*Konflik antara orang dewasa dan anak-anak: Ketidaksetujuan antara orang dewasa dalam film ini, seperti antara ayah Bruno yang menjadi komandan kamp dan ibunya yang menentangnya, juga dapat dianalisis dalam konteks teori interaksi sosial.
*Konsekuensi tragis dari interaksi sosial: Film ini menyajikan konsekuensi tragis dari interaksi sosial yang terjadi di tengah-tengah situasi yang sangat ekstrem, yaitu Holocaust.
Dengan menganalisis elemen-elemen ini menggunakan teori interaksi sosial, Anda dapat memahami lebih dalam tentang bagaimana hubungan sosial dan interaksi antara karakter-karakter dalam film ini memengaruhi narasi dan pesan yang ingin disampaikan.
Pesan yang dapat kita ambil dari film ini adalah pentingnya mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dan tetap berpegang pada kebenaran meskipun dihadapkan pada tekanan dan konflik. Kita harus ingat bahwa tindakan kita dapat mempengaruhi orang lain, dan kita harus bertanggung jawab atas interaksi sosial kita.
Nama: SAHFITRI
Kelas:X.9
Mata pelajaran : sosiologi